Senin, 18 Juli 2011
Minggu, 17 Juli 2011
alat musik tradisional jepang
TAIKO
Kata taiko (太鼓) berarti “drum besar” dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang (和太鼓, ‘wa-daiko’, “drum Jepang”, dalam bahasa Jepang) dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, “kumi-daiko” (組太鼓).
Nagado-daiko (長胴太鼓, taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (付締め太鼓, seringkali disingkat menjadi, “shime-daiko” atau “shime” saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko (桶胴太鼓, taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi “okedo” atau “oke”) dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko (内輪太鼓、taiko kipas), hira-daiko (平太鼓, taiko datar), o-daiko (大太鼓, taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki.
Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu.
Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut “ka.” Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul.
Penggunaan taiko dalam perang
Di Jepang pada masa feodal, taiko sering digunakan untuk memotivasi pasukan, menolong menentukan langkah barisan, dan mengatur perintah atau pengumuman. Menjelang atau pada saat memasuki pertempuran, taiko yaku (penabuh drum) bertanggung jawab untuk menentukan langkah barisan, biasanya dengan enam langkah untuk setiap pukulan drum (ketukan-2-3-4-5-6, ketukan-2-3-4-5-6).
Menurut salah satu catatan sejarah (Gunji Yoshu), sembilan rangkai dari lima ketukan berarti memanggil sekutu ke medan tempur, sementara sembilan rangkai dari tiga ketukan, yang dipercepat tiga atau empat kalinya, adalah panggilan untuk maju dan mengejar lawan.
Lainnya
Bachi
pemukul kayu yang digunakan untuk memainkan drum taiko.
Ji
juga disebut Jiuchi, adalah irama dasar yang digunakan untuk mendukung irama utama, atau O-uchi. Sebagian dari irama yang lebih lazim untuk ji adalah don doko, don ko, atau don go (pola mengayun). Jikata adalah pemain yang memainkan irama ji.
Oroshi
dicirikan oleh serangkaian pukulan pada taiko. Pemain mulai dengan lambat dengan banyak ma. Pelan-pelan ma (waktu) antara masing-masing pukulan menjadi semakin singkat, hingga penabuh melakukan pukulan yang cepat
Shamisen atau samisen (三味線, Shamisen atau samisen ?) adalah alat musik dawai asal Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenis pick yang disebut bachi.
Di dunia musik Jepang abad modern (kinsei hōgaku) seperti genre jiuta dan sōkyoku (sankyoku), shamisen dikenal sebagai san-gen (三弦, 三絃, san-gen? tiga senar), sedangkan di daerah Okinawa dikenal dengan sebutan sanshin (三線, sanshin?).
Bentuk
Badan shamisen (disebut dō) dibuat dari kayu, berbentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin. Sedangkan shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer.
Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan. Leher shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut leher nobezao.
Sutra merupakan bahan baku senar untuk shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari daerah Tsugaru ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang paling tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni no ito (senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).
Jenis
Secara garis besar, shamisen terdiri dari 3 jenis berdasarkan ukuran leher: Hosozao (leher sempit), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Selain itu, jenis shamisen dikelompokkan berdasarkan nama kesenian:
* Nagauta shamisen, berleher langsing, dipetik dengan pick besar dari gading gajah, dan dipakai pada pertunjukan kabuki
* Gidayū shamisen, berleher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring jōruri
* Tokiwazu-bushi shamisen, berleher sedang
* Kiyomoto shamisen, berleher sedang.
* Jiuta shamisen, berleher sedang, dipetik dengan pick yang disebut Tsuyamabachi dari bahan gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan bersama koto, kokyū, dan shakuhachi.
* Shinnai shamisen, berleher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari.
* Yanagawa shamisen (Kyō-shamisen), berleher lebih langsing dari Hosozao, merupakan model shamisen yang paling tua
* Tsugaru-jamisen, berleher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut Tsugaru-minyō, dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran lebih kecil dan dibuat dari tempurung kura-kura.
* Shanshin asal Kepulauan Ryūkyū, digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, leher shamisen dipernis dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, melainkan dengan pick dari tanduk kerbau.
* Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan.
Sejarah
Dalam penggolongan alat musik, shamisen termasuk alat musik petik serupa lute dengan leher (neck) yang disambung ke badan. Di seluruh dunia terdapat banyak sekali berjenis-jenis alat musik serupa lute, mulai dari gitar, sitar, hingga ukulele. Kebudayaan Mesir kuno mengenal alat petik bersenar tiga yang di Persia berkembang menjadi setaru atau sitar (“se” berarti “tiga” dan “taru” berarti “senar”). Di Tiongkok, alat musik serupa sitar yang dibuat dengan pelapis kulit ular disebut sanshen (sanxian). Perdagangan antara Kerajaan Ryūkyū dan Fuzhou memperkenalkan alat musik sanshen yang kemudian di Okinawa disebut sanshin.
Di akhir abad ke-16, sanshin yang dibawa kapal dagang asal Ryūkyū diperkenalkan ke penduduk kota Sakai. Shamisen tertua yang masih ada sekarang adalah shamisen bernama Yodo hasil karya pengrajin di Kyoto. Shamisen ini khusus dibuat atas perintah Toyotomi Hideyoshi untuk dihadiahkan kepada sang istri Yodo-dono. Shamisen Yodo mempunyai bentuk yang tidak jauh berbeda dengan shamisen yang ada sekarang.
Perkembangan sanshin asal luar negeri menjadi shamisen tidak lepas dari peran pemusik tunanetra asal perkumpulan tunanetra Tōdōza. Sanshin yang dimainkan dengan pick berbentuk kuku dari tanduk kerbau berkembang menjadi shamisen yang dipetik dengan bachi yang digunakan untuk memetik alat musik biwa. Bunyi shamisen yang lebih garing ternyata lebih disenangi orang dibandingkan bunyi biwa yang terkesan berat dan serius.
Salah satu pemusik tunanetra bernama Ishimura Kengyō berjasa mengembangkan teknik permainan hingga shamisen digemari rakyat banyak. Di awal zaman Edo, Ishimura Kengyō mempelopori genre musik yang menggunakan shamisen dan dikenal sebagai Jiuta. Secara garis besar musik shamisen dibagi menjadi dua jenis, Utaimono (pengiring lagu) dan Katarimono (pengiring cerita).
imi Ga Yo (bahasa Jepang: 君が代; bahasa Indonesia: Semoga Kekuasaan Yang Mulia Berlanjut Selama 1.000 Tahun) adalah judul lagu kebangsaan Jepang Bunyi Klik di sini.
Lagu ini ditulis dalam sebuah metrum Jepang waka. Ada yang berpendapat bahwa lagu sebenarnya puisi cinta.
Asli (huruf Latin)
Kimi ga yo ha
Chiyo ni,
Yachiyo ni
Sazare ishi no,
Ihaho to narite,
Koke no musu made.
Terjemahan Indonesia
Semoga kekuasaan Yang Mulia,
Berlanjut selama seribu (tahun),
8000 generasi,
Sampai kerikil,
Berubah menjadi batu karang,
Yang diselimuti lumut.
JAPANESE MUSIC
Adegan musik modern Jepang mencakup beragam artis dalam gaya yang berbeda, baik tradisional dan modern. Kata untuk musik di Jepang 音 楽 (ongaku), menggabungkan kanji 音 ("on" suara) dengan 楽 kanji ("Gaku" menyenangkan, kenyamanan). musik setempat sering muncul di tempat-tempat karaoke, yang pada sewa guna usaha dari label rekaman.
Musik budaya yang sangat beragam dari pulau Jepang. Selama bertahun-tahun, Jepang telah meminjam alat musik, skala, dan gaya dari berbagai daerah tetangga.
Kehadiran musik adat sebelum Masehi 453 terdiri dari puisi dilantunkan (reyei dan imayo), perang tradisional dan lagu-lagu sosial (Kume-Uta dan saibara), dan Kagura itu, kuil Shinto musik serius. Semua itu bacaan pada beberapa catatan. Impor dari musik asing, terutama dari China, dimulai pada 5 sen. dan terus ke 12 persen. Musik upacara kuno yang diimpor dari China, yang disebut Gagaku Jepang, tidak ada lagi di Cina tetapi telah diawetkan hampir utuh sejak 5 persen. oleh tradisi terus kinerja di istana kekaisaran Jepang. Ini adalah musik orkestra menggunakansho (organ mulut, yang sheng Cina), shakuhachi (seruling panjang), dan hichiriki (a obo kecil).
Agama Buddha datang ke Jepang dengan cara Korea dalam 6 persen. dan diikuti dalam 7 persen.oleh bugaku, sebuah upacara tarian dengan musik yang berasal dari India. Pada 9 dan 10 persen. banyak instrumen, termasuk Biwa (a-senar bass empat kecapi digunakan untuk iringan) dan koto (sebuah sitar panjang dengan 13 senar sutera, digunakan baik sebagai sebuah instrumen solo dan dalam ansambel), telah diperkenalkan dari Cina.
Di pertengahan antara sakral dan sekuler adalah musik dari drama No, yang berasal dari 14 persen. Hal ini menahan vokal recitative, utai, dengan menggunakan interval sangat kecil, ornamen Asia (misalnya, geser, tremolo, vibrato), dan diiringi oleh flute dan drum. musik Populer sekuler di Jepang dimulai pada 16 persen. dengan perkenalan dari Cina dari samisen, tiga senar, instrumen yang menyerupai gitar dipetik, digunakan untuk lagu-lagu yang menyertainya. Kemudian, musik sekuler juga termasuk kreasi operalike dan banyak jenis Kumi (untuk ansambel musik kamar, suara, dan Koto) dan solo koto (sering set variasi melodi pada tema pendek, atau Damono). Hogaku adalah nama untuk rakyat dan populer musik terdengar pada festival udara terbuka.
Penggunaan dasar Jepang dua jenis skala, baik pentatonis. Yang pertama, digunakan dalam musik sakral dan umum untuk seluruh Asia Timur, memiliki dua mode-ryo, modus laki-laki, dan ritsu, modus perempuan. Yang sering digunakan skala yang lebih, ditemukan juga di Indonesia dan S India, menekankan semitone dan ada dalam tiga mode, semua digunakan secara bebas dalam hirajoshi-komposisi yang sama, yang paling penting, kasar diwakili pada piano oleh seri ABCEFA; kumoijoshi, kedua di penting, didekati oleh EFABCE, dan Iwato, didekati oleh BCEFAB.
Musik Jepang adalah panjang frase tidak merata, dan interval keempat adalah sangat penting. Ornamen tergantung pada jenis dan tujuan artikel tersebut. ritme ini hampir selalu dalam rangkap meter, dengan bagian-bagian terner jarang terjadi atau tidak teratur. Namun, irama drum independen, pada saat ini, cenderung mengaburkan mengalahkan dasar untuk telinga Barat. Musik terutama monophonic, meskipun heterophony terjadi dalam musik orkestra dan potongan untuk suara dan koto.
Restorasi Meiji melihat impor musik Barat ke Jepang, dimulai dengan band kuningan. Dalam musik, 1880 Barat diperkenalkan ke dalam sekolah-sekolah, dan pada tahun 1887 Akademi Musik didirikan di Tokyo. Kemudian, orkestra simfoni dibentuk, dan musik Barat menjadi bagian integral dari kehidupan budaya Jepang. Komposer terkenal kontemporer Jepang Yasushi Akutagawa termasuk, Kan Ishii, dan Akira Miyoshi. Seiji Ozawa , konduktor dari reputasi internasional, lahir di Jepang.
Pada pertengahan abad ke-20, musik di Jepang tercermin campuran dari tiga tipe dasar: musik tradisional Jepang, musik tradisional dan tren Barat modern internasional. Di Tokyo, penonton menikmati konser musik mulai dari Bach ke Webern, dimainkan oleh orkestra Jepang, sementara pada penyanyi muda televisi Jepang malam lagu-lagu populer Barat atau Jepang. Di permukaan, musik tradisional tampaknya terabaikan. Tetapi meskipun jumlah pemain profesional dan pecinta musik seperti mengalami penurunan, tradisi-tradisi yang masih hidup telah dipertahankan pada tingkat tinggi, sebagian melalui serikat para musisi yang kuat '. tradisi tersebut terus dipertahankan tidak hanya dalam seni musik tapi juga dalam beragam tradisi rakyat di negara ini.
Sabtu, 16 Juli 2011
Kamis, 07 Juli 2011
Dream Girl Effect
Dream Girl Effect
Filter>Noise>High
Filter>smart Blur>2.5
Bright, Color>Color balance:-
Cyan=-1%
Margenta=13%
Yellow+-32%
Filter>region out of Focus> White:-
Level=255
Size=88%
Feather=52%
Filter>cross process>high
Bright,Color>Darken>high
Bloom>high
Filter Vigneting>7
Read more: http://photoscape-editor.blogspot.com/search/label/Effects?updated-max=2011-01-03T19:06:00-08:00&max-results=20#ixzz1Qv3MIq7X
Filter>Noise>High
Filter>smart Blur>2.5
Bright, Color>Color balance:-
Cyan=-1%
Margenta=13%
Yellow+-32%
Filter>region out of Focus> White:-
Level=255
Size=88%
Feather=52%
Filter>cross process>high
Bright,Color>Darken>high
Bloom>high
Filter Vigneting>7
Read more: http://photoscape-editor.blogspot.com/search/label/Effects?updated-max=2011-01-03T19:06:00-08:00&max-results=20#ixzz1Qv3MIq7X
Senin, 04 Juli 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
Senin, 18 Juli 2011
Minggu, 17 Juli 2011
alat musik tradisional jepang
TAIKO
Kata taiko (太鼓) berarti “drum besar” dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang (和太鼓, ‘wa-daiko’, “drum Jepang”, dalam bahasa Jepang) dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, “kumi-daiko” (組太鼓).
Nagado-daiko (長胴太鼓, taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (付締め太鼓, seringkali disingkat menjadi, “shime-daiko” atau “shime” saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko (桶胴太鼓, taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi “okedo” atau “oke”) dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko (内輪太鼓、taiko kipas), hira-daiko (平太鼓, taiko datar), o-daiko (大太鼓, taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki.
Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu.
Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut “ka.” Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul.
Penggunaan taiko dalam perang
Di Jepang pada masa feodal, taiko sering digunakan untuk memotivasi pasukan, menolong menentukan langkah barisan, dan mengatur perintah atau pengumuman. Menjelang atau pada saat memasuki pertempuran, taiko yaku (penabuh drum) bertanggung jawab untuk menentukan langkah barisan, biasanya dengan enam langkah untuk setiap pukulan drum (ketukan-2-3-4-5-6, ketukan-2-3-4-5-6).
Menurut salah satu catatan sejarah (Gunji Yoshu), sembilan rangkai dari lima ketukan berarti memanggil sekutu ke medan tempur, sementara sembilan rangkai dari tiga ketukan, yang dipercepat tiga atau empat kalinya, adalah panggilan untuk maju dan mengejar lawan.
Lainnya
Bachi
pemukul kayu yang digunakan untuk memainkan drum taiko.
Ji
juga disebut Jiuchi, adalah irama dasar yang digunakan untuk mendukung irama utama, atau O-uchi. Sebagian dari irama yang lebih lazim untuk ji adalah don doko, don ko, atau don go (pola mengayun). Jikata adalah pemain yang memainkan irama ji.
Oroshi
dicirikan oleh serangkaian pukulan pada taiko. Pemain mulai dengan lambat dengan banyak ma. Pelan-pelan ma (waktu) antara masing-masing pukulan menjadi semakin singkat, hingga penabuh melakukan pukulan yang cepat
Shamisen atau samisen (三味線, Shamisen atau samisen ?) adalah alat musik dawai asal Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenis pick yang disebut bachi.
Di dunia musik Jepang abad modern (kinsei hōgaku) seperti genre jiuta dan sōkyoku (sankyoku), shamisen dikenal sebagai san-gen (三弦, 三絃, san-gen? tiga senar), sedangkan di daerah Okinawa dikenal dengan sebutan sanshin (三線, sanshin?).
Bentuk
Badan shamisen (disebut dō) dibuat dari kayu, berbentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin. Sedangkan shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer.
Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan. Leher shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut leher nobezao.
Sutra merupakan bahan baku senar untuk shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari daerah Tsugaru ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang paling tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni no ito (senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).
Jenis
Secara garis besar, shamisen terdiri dari 3 jenis berdasarkan ukuran leher: Hosozao (leher sempit), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Selain itu, jenis shamisen dikelompokkan berdasarkan nama kesenian:
* Nagauta shamisen, berleher langsing, dipetik dengan pick besar dari gading gajah, dan dipakai pada pertunjukan kabuki
* Gidayū shamisen, berleher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring jōruri
* Tokiwazu-bushi shamisen, berleher sedang
* Kiyomoto shamisen, berleher sedang.
* Jiuta shamisen, berleher sedang, dipetik dengan pick yang disebut Tsuyamabachi dari bahan gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan bersama koto, kokyū, dan shakuhachi.
* Shinnai shamisen, berleher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari.
* Yanagawa shamisen (Kyō-shamisen), berleher lebih langsing dari Hosozao, merupakan model shamisen yang paling tua
* Tsugaru-jamisen, berleher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut Tsugaru-minyō, dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran lebih kecil dan dibuat dari tempurung kura-kura.
* Shanshin asal Kepulauan Ryūkyū, digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, leher shamisen dipernis dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, melainkan dengan pick dari tanduk kerbau.
* Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan.
Sejarah
Dalam penggolongan alat musik, shamisen termasuk alat musik petik serupa lute dengan leher (neck) yang disambung ke badan. Di seluruh dunia terdapat banyak sekali berjenis-jenis alat musik serupa lute, mulai dari gitar, sitar, hingga ukulele. Kebudayaan Mesir kuno mengenal alat petik bersenar tiga yang di Persia berkembang menjadi setaru atau sitar (“se” berarti “tiga” dan “taru” berarti “senar”). Di Tiongkok, alat musik serupa sitar yang dibuat dengan pelapis kulit ular disebut sanshen (sanxian). Perdagangan antara Kerajaan Ryūkyū dan Fuzhou memperkenalkan alat musik sanshen yang kemudian di Okinawa disebut sanshin.
Di akhir abad ke-16, sanshin yang dibawa kapal dagang asal Ryūkyū diperkenalkan ke penduduk kota Sakai. Shamisen tertua yang masih ada sekarang adalah shamisen bernama Yodo hasil karya pengrajin di Kyoto. Shamisen ini khusus dibuat atas perintah Toyotomi Hideyoshi untuk dihadiahkan kepada sang istri Yodo-dono. Shamisen Yodo mempunyai bentuk yang tidak jauh berbeda dengan shamisen yang ada sekarang.
Perkembangan sanshin asal luar negeri menjadi shamisen tidak lepas dari peran pemusik tunanetra asal perkumpulan tunanetra Tōdōza. Sanshin yang dimainkan dengan pick berbentuk kuku dari tanduk kerbau berkembang menjadi shamisen yang dipetik dengan bachi yang digunakan untuk memetik alat musik biwa. Bunyi shamisen yang lebih garing ternyata lebih disenangi orang dibandingkan bunyi biwa yang terkesan berat dan serius.
Salah satu pemusik tunanetra bernama Ishimura Kengyō berjasa mengembangkan teknik permainan hingga shamisen digemari rakyat banyak. Di awal zaman Edo, Ishimura Kengyō mempelopori genre musik yang menggunakan shamisen dan dikenal sebagai Jiuta. Secara garis besar musik shamisen dibagi menjadi dua jenis, Utaimono (pengiring lagu) dan Katarimono (pengiring cerita).
imi Ga Yo (bahasa Jepang: 君が代; bahasa Indonesia: Semoga Kekuasaan Yang Mulia Berlanjut Selama 1.000 Tahun) adalah judul lagu kebangsaan Jepang Bunyi Klik di sini.
Lagu ini ditulis dalam sebuah metrum Jepang waka. Ada yang berpendapat bahwa lagu sebenarnya puisi cinta.
Asli (huruf Latin)
Kimi ga yo ha
Chiyo ni,
Yachiyo ni
Sazare ishi no,
Ihaho to narite,
Koke no musu made.
Terjemahan Indonesia
Semoga kekuasaan Yang Mulia,
Berlanjut selama seribu (tahun),
8000 generasi,
Sampai kerikil,
Berubah menjadi batu karang,
Yang diselimuti lumut.
JAPANESE MUSIC
Adegan musik modern Jepang mencakup beragam artis dalam gaya yang berbeda, baik tradisional dan modern. Kata untuk musik di Jepang 音 楽 (ongaku), menggabungkan kanji 音 ("on" suara) dengan 楽 kanji ("Gaku" menyenangkan, kenyamanan). musik setempat sering muncul di tempat-tempat karaoke, yang pada sewa guna usaha dari label rekaman.
Musik budaya yang sangat beragam dari pulau Jepang. Selama bertahun-tahun, Jepang telah meminjam alat musik, skala, dan gaya dari berbagai daerah tetangga.
Kehadiran musik adat sebelum Masehi 453 terdiri dari puisi dilantunkan (reyei dan imayo), perang tradisional dan lagu-lagu sosial (Kume-Uta dan saibara), dan Kagura itu, kuil Shinto musik serius. Semua itu bacaan pada beberapa catatan. Impor dari musik asing, terutama dari China, dimulai pada 5 sen. dan terus ke 12 persen. Musik upacara kuno yang diimpor dari China, yang disebut Gagaku Jepang, tidak ada lagi di Cina tetapi telah diawetkan hampir utuh sejak 5 persen. oleh tradisi terus kinerja di istana kekaisaran Jepang. Ini adalah musik orkestra menggunakansho (organ mulut, yang sheng Cina), shakuhachi (seruling panjang), dan hichiriki (a obo kecil).
Agama Buddha datang ke Jepang dengan cara Korea dalam 6 persen. dan diikuti dalam 7 persen.oleh bugaku, sebuah upacara tarian dengan musik yang berasal dari India. Pada 9 dan 10 persen. banyak instrumen, termasuk Biwa (a-senar bass empat kecapi digunakan untuk iringan) dan koto (sebuah sitar panjang dengan 13 senar sutera, digunakan baik sebagai sebuah instrumen solo dan dalam ansambel), telah diperkenalkan dari Cina.
Di pertengahan antara sakral dan sekuler adalah musik dari drama No, yang berasal dari 14 persen. Hal ini menahan vokal recitative, utai, dengan menggunakan interval sangat kecil, ornamen Asia (misalnya, geser, tremolo, vibrato), dan diiringi oleh flute dan drum. musik Populer sekuler di Jepang dimulai pada 16 persen. dengan perkenalan dari Cina dari samisen, tiga senar, instrumen yang menyerupai gitar dipetik, digunakan untuk lagu-lagu yang menyertainya. Kemudian, musik sekuler juga termasuk kreasi operalike dan banyak jenis Kumi (untuk ansambel musik kamar, suara, dan Koto) dan solo koto (sering set variasi melodi pada tema pendek, atau Damono). Hogaku adalah nama untuk rakyat dan populer musik terdengar pada festival udara terbuka.
Penggunaan dasar Jepang dua jenis skala, baik pentatonis. Yang pertama, digunakan dalam musik sakral dan umum untuk seluruh Asia Timur, memiliki dua mode-ryo, modus laki-laki, dan ritsu, modus perempuan. Yang sering digunakan skala yang lebih, ditemukan juga di Indonesia dan S India, menekankan semitone dan ada dalam tiga mode, semua digunakan secara bebas dalam hirajoshi-komposisi yang sama, yang paling penting, kasar diwakili pada piano oleh seri ABCEFA; kumoijoshi, kedua di penting, didekati oleh EFABCE, dan Iwato, didekati oleh BCEFAB.
Musik Jepang adalah panjang frase tidak merata, dan interval keempat adalah sangat penting. Ornamen tergantung pada jenis dan tujuan artikel tersebut. ritme ini hampir selalu dalam rangkap meter, dengan bagian-bagian terner jarang terjadi atau tidak teratur. Namun, irama drum independen, pada saat ini, cenderung mengaburkan mengalahkan dasar untuk telinga Barat. Musik terutama monophonic, meskipun heterophony terjadi dalam musik orkestra dan potongan untuk suara dan koto.
Restorasi Meiji melihat impor musik Barat ke Jepang, dimulai dengan band kuningan. Dalam musik, 1880 Barat diperkenalkan ke dalam sekolah-sekolah, dan pada tahun 1887 Akademi Musik didirikan di Tokyo. Kemudian, orkestra simfoni dibentuk, dan musik Barat menjadi bagian integral dari kehidupan budaya Jepang. Komposer terkenal kontemporer Jepang Yasushi Akutagawa termasuk, Kan Ishii, dan Akira Miyoshi. Seiji Ozawa , konduktor dari reputasi internasional, lahir di Jepang.
Pada pertengahan abad ke-20, musik di Jepang tercermin campuran dari tiga tipe dasar: musik tradisional Jepang, musik tradisional dan tren Barat modern internasional. Di Tokyo, penonton menikmati konser musik mulai dari Bach ke Webern, dimainkan oleh orkestra Jepang, sementara pada penyanyi muda televisi Jepang malam lagu-lagu populer Barat atau Jepang. Di permukaan, musik tradisional tampaknya terabaikan. Tetapi meskipun jumlah pemain profesional dan pecinta musik seperti mengalami penurunan, tradisi-tradisi yang masih hidup telah dipertahankan pada tingkat tinggi, sebagian melalui serikat para musisi yang kuat '. tradisi tersebut terus dipertahankan tidak hanya dalam seni musik tapi juga dalam beragam tradisi rakyat di negara ini.
Sabtu, 16 Juli 2011
Kamis, 07 Juli 2011
Dream Girl Effect
Dream Girl Effect
Filter>Noise>High
Filter>smart Blur>2.5
Bright, Color>Color balance:-
Cyan=-1%
Margenta=13%
Yellow+-32%
Filter>region out of Focus> White:-
Level=255
Size=88%
Feather=52%
Filter>cross process>high
Bright,Color>Darken>high
Bloom>high
Filter Vigneting>7
Read more: http://photoscape-editor.blogspot.com/search/label/Effects?updated-max=2011-01-03T19:06:00-08:00&max-results=20#ixzz1Qv3MIq7X
Filter>Noise>High
Filter>smart Blur>2.5
Bright, Color>Color balance:-
Cyan=-1%
Margenta=13%
Yellow+-32%
Filter>region out of Focus> White:-
Level=255
Size=88%
Feather=52%
Filter>cross process>high
Bright,Color>Darken>high
Bloom>high
Filter Vigneting>7
Read more: http://photoscape-editor.blogspot.com/search/label/Effects?updated-max=2011-01-03T19:06:00-08:00&max-results=20#ixzz1Qv3MIq7X
Senin, 04 Juli 2011
Langganan:
Postingan (Atom)